Senin, 26 November 2012

Bahasa Klakson Di jalan

Sing Kiye Sedulur kudu Ngerti!!
Kayakiye-News Suara klakson sering krungu tapi sering ora ngerti maksude klaksone di onikna ana sing mung sekedar iseng men liyane ngerti ana sing bener ngerti mangsane ngonikna klason kambi maksud karo tujune sing bener Apa kue??
 Iki ana panduane sedulur...


Apa saja arti bahasa klakson itu?



1. Mengingatkan
Klakson dibunyikan ketika kendaraan mengingatkan pengendara lain. Misalnya, kendaraan akan menyalip pengendara lain tersebut. Atau bisa juga mengingatkan pengguna jalan lain bahwa ia akan melewati jalur tersebut, menyeberang, berbelok, dan lain-lain.

2. Memperingatkan
Klakson dibunyikan untuk memperingatkan, misalnya, ketika pengendara lain jaraknya terlalu dekat dengan kendaraan yang ia kemudikan. 

Atau ketika kendaraan di depan hendak mundur, klakson dibunyikan untuk memperingatkan bahwa jaraknya terlalu mepet. Bisa juga untuk memperingatkan agar pengguna jalan lain tidak menyeberang sebelum ia lewat.

3. Memerintah
Klakson dibunyikan untuk memerintah sesuatu, misalnya, ketika berada di lampu lalu lintas. 

Lampu merah sudah berubah hijau, tapi kendaraan yang berada di depan tak kunjung jalan. Biasanya mobil yang berada di belakangnya akan membunyikan klakson untuk meminta mobil di depannya segera maju.

4. Tak sabar, gusar, atau marah
Biasanya klakson dibunyikan ketika pengendara dalam keadaan emosi, tidak sabar, dan terjebak kemacetan. Mungkin saking geregetan,pengendara pun membunyikan klakson bertubi-tubi.

Menurut Yayat, dalam kondisi situasi tertentu, bahasa klakson ini bisa disalahartikan. Meski si penekan klakson tak bermaksud untuk menyampaikan pesan tertentu, pengendara lain bisa menerima artinya berbeda. 

Persoalannya adalah tak semua orang memahami undang-undang dan etika berlalu lintas. Itu sebabnya, kata Yayat, ada orang-orang yang menyalahgunakan penggunaan klakson. "Ketika lampu lalu lintas hijau, orang sering membunyikan klakson menggila," ujarnya.

Ada pula orang yang menggunakan klakson karena status sosialnya. Misalnya, ketika si pengendara ini merasa status sosialnya tinggi sehingga ia membunyikan klakson tanpa menyesuaikan etika, tetapi justru bertubi-tubi dan selalu memerintah. 

Akibatnya, pengendara dan pengguna jalan lain merasa dirugikan. Jika kedua pihak sama-sama emosi, rentan terjadi konflik dan pertengkaran.

kudu ngatiati ngonik na klakson mbok ana sing tersinggung ya... ^__^
Admin Kang Asep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar